Sabtu, 26 April 2014

kebudayaan lembah sungai Indus, Mohenje Daro dan Harrapa



 

KEBUDAYAAN LEMBAH SUNGAI INDUS
MOHENJO DARO DAN HARRAPA

logo unsri

KELOMPOK 2
RIGO FIRMANTO (06121004008)
M WIRAJAYA KESUMA (06121004010)
MARTHA KOSAMADI (06121404918)
ACHMAD WIRA SAPUTRA (06121004037)

DOSEN PEMBIMBING:
SYARRIFUDIN, S.Pd., M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

 KATA PENGANTAR

Asalammualaikum Wr.Wb.
Alhamdullilahhirabil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulisan makalah " KEBUDAYAAN MOHENJO-DARO DAN HARAPPA " dalam mata kuliah Sejarah Asia Selatan ini.
          Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis.
           Pada akhirnya, makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak pada umumnya, dan bagi penulis pada khususnya. 
Wasalammualaikum Wr.Wb.




Palembang, Maret 2013
                                                                                                                 
                                                                                                                Tim Penyusun





DAFTAR ISI

PENDAHALUAN ................................................................................................................... 1

Letak Geografis anak benua India ................................................................................................. 1
Kebudayaan Lembah Indus ........................................................................................................... 2
Mohenjodaro ........................................................................................................................... 3
Tata kota ................................................................................................................................. 4
Fasilitas kota ........................................................................................................................... 4
Konstruksi .............................................................................................................................. 6
Kota Kuno Harappa - Pusat Peradaban Bersama Mohenjo Daro  ……………………………… 6
Penggalian Kota …………………………………………………………………………… 7
Sistem Pemerintahan Mohenjo Daro dan Harrapa …………………………………….. 12

Sistem Ekonomi …………………………………………………………………………… 12

Sistem Kepercayaan ………………………………………………………………………. 13

Peninggalan Kebudayaan ………………………………………………………………… 13

Runtuhnya ………………………………………………………………………………… 14


Daftar Pustaka ……………………………………………. 15





PENDAHULUAN
Penemuan kebudayaan di sungai India kuno, berawal pada abad ke-19 (tahun 1870), dan mulai dieksplorasi oleh bangsa Inggris. Hingga sekarang, penggalian kebudayaan sungai India kuno tidak pernah berhenti. Di abad 20, awal tahun 1980-an, Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi Amerika-Pakistan, dan dengan demikian pekerjaan arkeologi semakin maju. Peradaban Sungai Indus, 2800 SM1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus yang sekarang Pakistan dan India barat.
Lembah ini mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai India, yakni Kota Mohenjodaro yang sekarang letaknya di Provinsi Sind, Pakistan, dan Kota Harappa di Provinsi Punjab, timur laut Pakistan. Ketika itu, kawasan ini dihuni oleh bangsa Dravida.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Mohenjo-daro dan Harappa terletak di India, tetapi pada tahun 1947, berada dibawah naungan Department of Archaeology and Museums, Government of Pakistan.
Letak Geografis anak benua India
asia_south
Anak benua India



  • Di sebelah Utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya
  • Selatan berbatasan dengan  Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia
  • Barat berbatasan dengan Pakistan
  • Timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh
http://zeithmind.files.wordpress.com/2012/03/harmap2.jpg?w=460
Peta sungai Indus

Archaeologia di India telah lama menjadi perhatian ahli-ahli barang kuno. Penggalian yang di dilaksanakan oleh orang India di pimpin oleh John Marshall, seorang bangsa Inggris, di bantu oleh Bannerji, seorang ahli benda-benda kuno bangsa India. Penggalian itu telah dilakukan pada dua tempat, yaitu Mohenjo-Daro dan Harappa. Harappa letaknya kira-kira ditengah-tengah daerah punsjab dan waktu diadakan penggalian disana, terbuktilah bahwa peninggalan-peninggalan kebudayaan kuno itu sudah banyak yang rusak. (Sihombing. 1953.09)
            Sir John Marshall, yang menjadi direktur jendral dari jawatan penyelidikan benda-benda kuno di India tahun 1922, meninggalkan penggalian di Harappa. Kemudian mencari tempat yang lain, dimana dia dapat dengan lebih saksama menyelidiki peninggalan-peninggalan kebudayaan itu. Yang disebut kebudayaan Indus. Ia langsung mendapat tempat baru yaitu Mohenjo-Daro (Sihombing. 1953. 09)

Sejak 4.500 tahun yang lalu masyarakat yang hidup di lembah Sungai Indus telah memiliki organisasi kemasyarakatan yang sangat tinggi. Cikal bakal peradaban India ini dikenal dengan sebutan peradaban lembah Sungai Indus. Secara geografis, kawasan ini meliputi negara Pakistan dan India bagian barat, rangkaian pegunungan Himalaya dan pegunungan Hindu Kush yang melindungi penduduk lembah Sungai Indus dari serangan bangsa asing. Satu-satunya jalan bagi para pendatang untuk memasuki kawasan lembah Sungai Indus adalah melalui celah Khyber. Adapun bagi masyarakat lembah Sungai Indus untuk berhubungan dengan negara-negara asia barat daya dan Cina adalah melalui jalan laut, karena kawasan ini berhadapan langsung dengan Laut Arab dan Samudra Hindia.
             Penelitian tentang peradaban India kuno dilakukan oleh para arkeolog dari Inggris. Pada tahun 1921, arkeolog Inggris bernama Sir John Marshall menemukan reruntuhan dua kota kuno yang sangat indah dan rapi. Dua kota ini dikenal dengan nama Mohenjo Daro dan Harappa. Dari reruntuhan dua kota ini, para ahli sejarah dapat menggambarkan berbagai segi kehidupan masyarakat lembah sungai Indus.
khyber-pass
Celah Khaiber sekarang

          Mohenjo Daro
Mohenjo Daro merupakan salah satu kota terbesar yang berada di lembah sungai Indus, terletak di provinsi Sindh, Pakistan. Diperkirakan Mohenjo Daro dibangun sekitar 2600 tahun sebelum masehi. Untuk dapat meneliti peradaban di kota Mohenjo Daro ini dilakukan penggalian dalam skala besar yang dimulai pada tahun 1922 sampai 1927 yang dilakukan oleh R. D. Banarjee beserta timnya dan dilanjutkan oleh M. S. Vats dan K. N. Dikshit dibawah pengarahan Sir John Marshall, seorang ahli survey arkeologi. Pada tahun 1927-1931, E. J. H. MacKay melanjutkan penggalian sebelumnya dan pada tahun 1950, Sir Mortimer Wheeler juga melakukan penggalian, tetapi dalam skala kecil.
Keseluruhan penggalian yang dilakukan itu mencapai satu per tiga dari seluruh lokasi kota Mohenjo Daro. Hasil yang didapat dari penggalian tersebut mengungkapkan bagaimana bentuk dari kota Mohenjo Daro. Tata kotanya dan bangunan-bangunannya dapat mencerminkan masyarakat Mohenjo Darotelah memiliki peradaban yang cukup tinggi.
Mohenjo Daro pada saat itu dibangun lebih merupakan suatu pusat administrative. Hal ini terlihat dari bangunan-bangunan yang ada, salah satunya assembly halls. Akan tetapi fungsi sebenarnya dari kota ini belum bisa dipastikan karena dari bukti-bukti peninggalannya belum bisa menyimpulkan fungsi dari kota Mohenjo Daro.
Tata Kota
Semua bangunan yang ada di Mohenjo Daro ditata dengan system grid pattern plan, yaitu memiliki jalan-jalan yang parallel dan saling bertemu untuk membagi kota menjadi blok-blok yang berbentuk kotak dan memiliki system drainase. Para penduduk membangun rumah di tiap-tiap blok.
site-plan  tampak-atas
Denah tata kota Mohenjo Daro
Fasilitas Kota
Kota Mohenjo Daro dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian bawah, sebelah timur kota (lower town) dan bagian lain yang disebut “Citadel”. Pada bagian bawah, terdapat suatu jaringan jalan yang membentang dari utara ke selatan dan dari timur ke barat dimana dibagi per blok yang ditempati oleh rumah-rumah. Rumah-rumah tersebut disusun seperti suatu lingkungan perumahan seperti pada zaman modern ini.
. Sebagian merupakan rumah yang kecil, sebagian yang lain memiliki ukuran yang lebih besar dengan halaman di dalamnya. Setiap rumah memiliki kamar tidur dan kamar mandi kecil. Beberapa rumah merupakan berlantai dua dengan tangga terbuat dari batu bata, bahkan dari hasil penggalian reruntuhan, sudah ada bangunan berlantai tiga.
Untuk saluran air pada setiap rumah, biasanya terdapat sumur dalam ruangan kecil untuk mendapatkan air dan pipa dari tanah liat untuk mengalirkan air ke ruangan lain. Sedangkan saluran pembuangan airnya dari setiap rumah mengalir di dalam saluran air yang mengikuti jalur jalan..
Bagian lain dari kota Mohenjo Daro ini adalah apa yang disebut “Citadel”. Pada bagian Citadel ini terdapat bangunan seperti kolam yang dibuat dari batu bata dan berukuran 12 m x 7 m dan kedalamannya sekitar 2,4 meter. Bangunan ini disebut The Great Bath. Bangunan ini memiliki tangga dari batu bata untuk turun ke bawahnya. Diperkirakan bangunan ini digunakan untuk upacara keagamaan, seperti pemandian. Hal ini dapat dibuktikan dari ditemukannya artifak, seperti batu di sekitar The Great Bath yang digunakan untuk menggosok. Ritual pemandian memang salah satu bagian dari kepercayaan Hindu. Bisa jadi kegiatan ritual pemandian yang dilakukan oleh penduduk lembah sungai Indus merupakan bagian dari tradisi dari Hindu.
Selain The Great Bath, ada bangunan bagi para penduduk untuk menyimpan hasil pangan yang disebut The Granary dan bangunan dengan area terbuka yang cukup luas yang disebut Assembly Halls.
the-great-bath
The great bath


Konstruksi
Dalam membangun bangunan-bangunan seperti rumah,The Great Bath, dan Granary, penduduk Mohenjo Daro menggunakan dua jenis batu bata, yaitu batu bata lumpur (mud bricks) dan batu bata kayu (wood bricks) yang keduanya terbuat dari kayu yang terbakar. Mereka juga menggunakan pohon kayu untuk membuat atap datar rumah mereka. Batu bata yang digunakan masyarakat Mohenjo Daro juga memberikan durability yang lebih baik terhadap bangunan daripada batu bata pada peradaban Mesopotamia.
Dari peninggalannya yang ditemukan, dapat disimpulkan tingkat peradaban kota Mohenjo Daro cukup tinggi. Sistem tata kota yang teratur, system drainase, serta teknologi yang mereka gunakan telah menunjukkan ilmu ketekniksipilan telah diterapkan sejak 2600 tahun sebelum masehi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic9c9AdyVPu77nves4D94U3Lguj75mmcDfu23fwbIJwNGDUGesHiDxiZoFiW3SBBNVSaAcelD4dyw_Rwi1JZzS26pENS5U-thkVCkBxExWlEEVNgMBHRaNCmGOQZENhwHYLIffEBcBJMtO/s1600/lukisan+tatanan+kota+harappa.jpg
Ilustrasi kota Harrapa

Harappa adalah sebuah kota kuno yang berada di bantaran Sungai Ravi, propinsi Punjabi, timur laut Pakistan. Letaknya berada di 35 km sebelah tenggara kota Sahiwal. Menurut penelitian dengan cara penentuan usia karbon yang dilakukan para arkeolog, kota Harappa dibangun dan dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 sebelum masehi dengan luas kota + 25 km persegi. Pada masa kejayaannya itu, 40.000 orang menjadi penduduk kota Harappa, sebuah jumlah penduduk yang sangat besar pada masa itu. Bahkan, bisa dikatakan dengan jumlah penduduk sebesar itu, pupulasi kota ini lebih banyak dibanding populasi penduduk kota London pada abad pertengahan.




Pambangunan Kota Harappa adalah pada masa sebelum bangsa Arya memasuki wilayah peradaban Lembah Hindus, yakni sekitar tahun 2500 SM. Bangsa asli India mendirikan bebebapa kota megah di kawasan ini hingga tahun 1500 SM ketika bangsa Arya mulai bercampur dengan penduduk asli.
KONDISI KOTA

Kota Harappa dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan fungsi masing-masing, yakni bagian pemerintahan dan bagian administratif. Bagian pemerintahan adalah area dimana terdapat kantor pemerintahan kota. Adanya pagar tembok yang tinggi di sekeliling gedung tinggi merupakan simbol kekuasaan dan kewibawaan Raja (atau pemimpin kota). Bagian ini terpisah dan memiliki jarak cukup jauh terhadap bagian administratif.

Sedangkan bagian administratif digunakan sebagai permukiman penduduk kota Harappa. Bagian ini memiliki jalur jalan raya yang membentuk pola grid, yakni jalan-jalan yang ada saling bersilangan membentuk kotak-kotak kosong di tengahnya. Di kedua sisi jalan,, terdapat banyak sekali rumah tempat tinggal, toko, dan tempat pembuatan tembikar. Jarak antar-bangunan sangat dekat shingga tata kota terlihat sangat padat. Saluran air kota yang digunakan sebagai pembuangan air dibangun di bawah tanah dengan menggunakan bahan batu bata.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7Fqz8x8ym0OWQObn3CaxoybU9n5KL6PqWt6lbAjebEdjnAMIy9RT2BTYm6WXLI5I4IHvSjem_nINBFXFfccfx79Pw0KG2MxSuvmOhR1Rb7cWdsULR-z-4XZFz6qB_uKDnit7l9kPCti4_/s1600/tatanan+kota.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj2MFSIj_UYEkZzd3hSrSYifyMKMSr-2UMbXm0YmmG0KJMiB8_iN7W017vCUxg-pj4__CJTLepcCVYTEzaRSmFYCZSEpkM84G_GZybuU-vCoxOn2sqhM6I0ZzZaLp93mQKE67ktqAqK_x2/s1600/kamar+mandi+di+Harappa.jpg
Sisa reruntuhan kota Harrapa

Kota Harappa hilang menjadi kota mati sekitar tahun 1750 SM. Beberapa faktor yang mengakibatkan penduduknya meninggalkan kota Harappa adalah adanya invansi yang dilakukan oleh bangsa Arya ke daerah peradaban Hindustan pada sekitar tahun itu. Pada tahun itu hingga 1000 tahun setelahnya, tidak ada pembangunan kota dengan peradaban tinggi lagi di wilayah tersebut.

Puing-puing bekas bangunan yang masih berada di kota Harappa tampak sangat teratur dalam penataannya. Puing-puing tersebut terbuat dari bahan yang sama, yakni batu bata tanah liat. Kondisi masa lalu memperlihatkan bahwa sistem tata kota yang diterapkan di kota Harappa sudah sangat maju dengan adanya teknik penataan kota seperti masa sekarang, yakni adanya pola jalan raya dan adanya saluran air bawah tanah.


PENGGALIAN KOTA

Pengetahuan mengenai kebudayaan Lembah Sungai Indus ini didapat dari penggalian dibeberapa tempat di India. Tetapi dua tempat yang paling terkenal banyak memberikan petunjuk adalah penggalian di :
1.             Mohenjo-Daro
2.             Harappa
Ad. 1. Penggalian di Mohenjo-Daro
            Dari barang-barang yang ditemukan di Mohenjo-Daro nampak jelas bahwa peradaban Lembah Sungai Indus sudah tinggi dan penduduk pun sudah makmur. Mengenai kapan Lembah Sungai Indus ini berkembang, disimpulkan oleh John Marshall sekitar abad ke-3 SM. Hal ini didasarkan pada beberapa persamaan yang terdapat di antara sungai Indus dengan Mesopotamia. Barang-barang hasil penemuan di Mohenjo-Daro itu antara lain :
·         Materi berhuruf, hanya saja sampai sekarang hurufnya belum bisa dibaca
·         Bangunan-bangunan yang memberi kesan sudah berkembanngnya peradaban kota. Dari puing-puing bangunan yang ditemukan dapat mengetahui kepercayaan dan keadaan sosial ekonomi penduduk pada saat itu. Selain sudah memiliki alat-alat bantu, juga mereka sudah menggunakan alat dari tembaga.
·         Perhiasan barang mewah yang menunjukkan keindahan pun telah ditemukan berupa kalung, gelang, anting-anting yang terbuat dari emas dan perak.
·         Meraka telah mengenal binatang peliharaan seperti gajah, untah, kerbau dan anjing. Disamping barang-barang yang ditemukan di atas, penemuan Mohenjo-Daro ini mempunyai keistimewaan sendiri, yaitu barang yang ditemukan dari penggalian yang paling bawah pun tetap ditemukan barang-barang yang sama dengan yang ditemukan di bagian bawah. Barang-barang tersebut sudah menunjukkan peradaban yang sudah tinggi. Jadi peradaban Mohenjo-Daro itu sudah modern sejak lama. (Erwin, Tutu nuriah. 1990. 06)
Ad. 2. Penggalian di Harappa
Penemuan di Harappa lebih mengagumkan lagi, di sana ditemukan :
·       Arca-arca yang telah memiliki nilai seni yang bermutu tinggi. Kemudian materi-materi yang dipergunakan untuk stempel barang-barang perdagangan antar negara.
·      Ukiran-ukiran kecil yang dibuat dari terra cotta dengan bentuk, seperti bentuk wanita telanjang dengan dada terbuka. Ini mengambarkan bahwa hubungan dengan kepercayaan umum pada agama Hindu mulai timbul.
·      Alat dapur dari tanah liat serta periuk belanga dan pembakaran dari batu-batu yang demikian kerasnya, karena ternyata barang-barang itu masuih kuat sampai sekarang.
·      Sebuah patung pohon di samping seorang dewa yang dilukiskan pada material juga menggambarkan adanya bayangan bahwa mungkin yang dimaksud adalah kesucian pohon bodhi tempat Sidharta Gautama menerima wahyu beberapa ratus tahun kemudian.
·         Arca-arca yang melukiskan manusia lembu yang menyeramkan harimau: lembu yang bertanduk satu dan sebagiannya menggambarkan bahwa mereka menggap suci binatang itu. (Erwin, Tutu nuriah. 1990. 07)
Dari uraian di atas jelas bahwa kebudayaan Lembah sungai Indus tidak berdiri sendiri melainkan berlatas belakang kebudayaan lain. Sedangkan penduduknya berperadaban umum sama dengan Sumeria dan Babylonia, mereka ahli dalam pembuatan barang dari batu dan logam. Mereka juga mulai mengenal huruf pictograph, yaitu huruf yang terdiri dari gambar yang berbentuk binatang seperti ikan-ikan kecil dan lain-lain. Ternyata kebudayaan Lembah Sungai Indus lebih tinggi dari peradaban Eropa pada zaman yang sama. (Erwin, Tutu nuriah. 1990. 08)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_WpdiDs-0xoDy5T6er_gAThx2ZhmHmUtgmK3fkGGTUddhfzI078bah2STlKMvKHuWXGsYszMidVX3sOuaiD9jI7PmsT29iwO9tyVl4vcmN1cDxjcjlRlTWilnWciscLjlpQ5gPvg2Gqsb/s1600/relief+lukisan+di+harappa.jpg
Relief yang ditemukan direruntuhan kota Harrapa

Penemuan kota Harappa berawal pada tahun 1870-an oleh peneliti dari Inggris. Pada awal abad ke-20, Sir John Marshall (arkeolog berkebangsaan Inggris) menggali dan meneliti kembali kota Harappa dan kota Mohenjo Daro. Dari hasil penelitian, dapat diambil teori bahwa kedua kota tersebut memiliki tingkat aktifitas penduduk yang tinggi dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 hingga 40.000 jiwa.

Hingga saat ini, penggalian dan penelitian yang dilakukan para arkeolog terhadap kota-kota di kawasan peradaban Lembah Hindustan masih terus dilanjutkan. Bahkan, ada penemuan kota baru di sekitar aliran sungai kuno yang lain.  Awal tahun 1980-an, pemerintah Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi Amerika-Pakistan yang bertujuan untuk meningkatkan penelitian terhadap kawasan tersebut.

Benda-benda yang ditemukan: arca-arca, patung (terra cotta) yang diukir seperti bentuk wanita telanjang dengan dada terbuka. Ukiran itu member makna bahwa ibu merupaka sumber kehidupan; alat dapur dari tanah liat, periuk belanga, pembakaran dari batu keras (masih kuat sampai sekarang); sebuah patung pohon disamping dewa (gambaran kesucian pohon bodhi tempat Sidharta menerima wahyu) beberapa ratus tahun kemudian; arca-arca yang melukiskan lembu yang menyerang harimau; lembu yang bertanduk, sebagai gambaran bahwa mereka sangat mensuckan binatang. Hal ini tampak ketika masyarakat India mensucikan sapi sampai sekarang.
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Sir John H Marshall mengekskavasi kota kuno Mohenjondaro dan Hara. Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota tersebut membuat Marshall terkejut. Ini adalah bekas ibukota dua negara merdeka pada jaman peradaban sungai India antara tahun 2350-1750 sebelum masehi, penelitian lebih lanjut menghasilkan perhitungan, dua kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk.
Dari hasil penelitian lebih lanjut, diketahui kota kuno inidibagi dua bagian, yaitu kota pemerintahan dan kota administratif. Kota administratif adalah daerah permukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang tembikar. Sementara kota pemerintahan adalah wilayah istana kerajaan yang dikelilingi oleh pagar tembok yang tinggi besar dan menara gedung.
Masyarakat yang bermukim di kota kuno ini diketahui telah mengenal sistem saluran air bawah tanah yang sempurna dengan menggunakan bata. Puing-puing menunjukkan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan bangunan di sekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama dengan kota Mohenjo Daro, segalanya sangat teratur, bahwa pada 3000 SM, orang-orang membangun kota dengan skala yang sedemikian memperlihatkan tingginya peradaban mereka.
Jalan-jalannya lurus sehingga membentuk blok-blok pemukiman berbentuk segi empat. Sudah ada sistem pembuangan sampah dan air limbah. Inilah kota pertama yang menujukan tanda-tanda pembangunan yang berencana. Barat kota adalah pusat religius, politik, dan pendidikan. Petani tinggal di luar tembok kota dekat perladangan. Kelompok miskin menempati pinggir kota tetapi masih berada di dalam tembok. Pedagang dan seniman tinggal di dekat pusat kota, sedangkan bangsawan, agamawan, dan punggawa kerajaan menempati wilayah pusat.
Puing-puing menunjukkan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan bangunan disekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama, segalanya sangat teratur, bahwa pada tahun 3000 sebelum masehi, orang-orang membangun kota dengan skala yang sedemikian, memperlihatkan tingginya peradaban mereka. Kedua kota ini hilang pada tahun 1750 sebelum masehi, kira-kira dalam waktu 1000 tahun kebelakang, didaerah aliran sungai India tidak pernah ada lagi kota yang demikian megahnya, namun pada 500 tahun lampau, ketika bangsa Arya datang menginvasi, kebudayaan Harappa sudah merosot.

Sistem Pemerintahan Mohenjo Daro dan Harrapa

            Berdasarkan penelitian, di kota Mohenjo Daro dan Harappa ditemukan benteng yang mengelilingi kedua kota tersebut. Kota Harappa dikelilingi benteng sepanjang 450 meter dan di sekitar benteng tersebut dibangun barak-barak untuk tempat tinggal para pasukan. Di dekat barak-barak tersebut dibangun lumbung-lumbung tempat menyimpan hasil pertanian dengan ukuran panjang 15 meter dan lebar 6 meter. Dari peninggalan-peninggalan tersebut para ahli menduga bahwa peradaban lembah Sungai Indus telah menjalankan sistem pemerintahan yang bersifat theokrasi. Tiap kota dipimpin oleh pendeta yang berkuasa secara mutlak. Jadi, kedua kota tersebut diperkirakan telah memiliki pemerintahan pusat.

Sistem Ekonomi

            Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat bergantung pada pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Di kawasan ini, petani menanam padi, gandum, sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan babi. Selain pertanian dan peternakan, perdagangan juga merupakan aspek perekonomian penting bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat mereka dapat melakukan perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan penduduk Mesopotamia. Barang dagangan yang diperjual-belikan masyarakat lembah Sungai Indus adalah barang-barang dari perunggu dan tembaga, bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit dan gading.

Sistem Kepercayaan

             Sama halnya dengan sistem kepercayaan bangsa Mesir dan Mesopotamia, tumbuh dan berkembangnya sistem kepercayaan masyarakat lembah Sungai Indus selalu berkaitan dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya. Kebudayaan agraris yang dikembangkan masyarakat lembah Sungai Indus telah melandasi kepercayaan yang mereka anut. Untuk itu, masyarakat lembah Sungai Indus sangat mengagungkan dan memuja akan kesuburan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya sejenis patung “Dewi Ibu” yang terbuat dari tanah liat. Patung dewi Ibu dipercayai sebagai perwujudan dari dewi kesuburan.
  Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah manusia berwajah tiga dan binatang yang banyak ditemukan dalam cap stempel. Diduga cap stempel manusia berkepala tiga ini adalah dewa utama mereka yang pada perkembangan selanjutnya menjadi Dewa Syiwa dalam agama Hindu.

PENINGGALAN KEbUDAYAAN
180px-Mohenjo-daro_Priesterkönig  200px-Dancing_Girl_of_Mohenjo-daro
Imam Raja dan the dancing girl
Dari hasil penggalian di kota Harrapa ditemukan beberapa arca yang masih sempurna bentuknya dan dua buah torso yang salah satunya berbentuk manusia bertangan empat, berkepala tiga dan berdiri di ataskaki kanan dengan kaki kiri terangkat, patung ini mirip dengan patung Siva Nataraya dari zaman kesenian Cola, India Selatan. Di kota Mohenjo Daro ditemukan arca seorang pendeta berjanggut yang memakai pita dan berpakaia dengan kain yang berhiaskan gambar-gambar yang menyerupai daun semanggi. Hiasan ini juga lazim digunakan di daerah Mesopotamia, Mesir, dan Kreta. Arca lain yang juga ditemukan berbentuk gadis penari yang terbuat dari perunggu yang disebut the dancing girl.
RUNTUHNYA
Teori penyebab yang kedua adalah saat kehidupan bangsa Dravida mulai berubah sejak tahun 2000-an SM karena adanya pendatang baru, bangsa Arya. Mereka termasuk rumpun berbahasa Indo-Eropa dan berkulit putih. Bangsa Arya ini mendesak bangsa Dravida ke bagian selatan India dan membentuk Kebudayaan Dravida namun, sebagian lagi ada yang bercampur antara bangsa Arya dan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu. Oleh karena itu, kebudayaannya disebut kebudayaan Hindu.
p16164.jpg
Bangsa Dravida
Kedua peradaban kota ini diperkirakan lenyap bersamaan dengan datangnya bangsa Arya yang berbahasa Sansekerta sekitar 1500 SM. Menghabiskan semua keturunan bangsa Drawida. Sepeninggal hilangnya peradaban Lembah Sungai Indus dan Sungai Gangga, kemudian muncul berbagai peradaban baru di wilayah India sebagai akibat dari berbagai pengaruh luar seperti Persia (abad ke-6 SM), Alexander Agung (327 SM), Arab (abad ke-8 M), Turki (abad ke-12 M), Afghan dan Mongol (abad ke-16), serta Inggris (abad ke-19 M).




DAFTAR PUSTAKA
Badrika, wayan. 2003. sejarah nasional Indonesia dan umum. Jakarta: Gelora Aksara Pratama
Asiah, nur.2009. Peradaban di dunia. Jakarta: Mediantara Semesta
Erwin, Tutu Nuriah. 1990. Asia Selatan dalam Sejarah. Jakarta: Fakultas Ekonomi            Universitas Indonesia.
Mulya, Tsg. 1948. India. Jakarta: Balai Pustaka.
Sihombing. 1953. India. Bandung: W.Van Hoeve.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar