Minggu, 27 April 2014

Philipines nationalism dan hubungannya kepada Indonesia



Nama              : Rigo Firmanto
Nim                  : 06121004008
Mata kuliah    : Sejarah Nasional Indonesia IV
PROGRAM STUDI SEJARAH
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Bangkitnya Nasionalisme Filipina

Kebangkitan nasinalisme di Filipina tumbuh lebih awal dibandingkan dengan kebangkitan nasionalisme negara-negara di Asia Tenggara. Pada saat itu, Filipina masih dijajah oleh Spanyol. Penjajahan Filipina oleh Spanyol bermula sejak tahun
Kondisi Masyarakat
Pada Periode pertengahan abad ke-19 sampai dengan 1872 di Filipina terjadi ketidakadilan dalam kehidupan gerejawi, yaitu pembatasan terhadap kewenangan pendeta Filipina. Gereja-gereja Katolik Roma di Filipina sepenuhnya berada di Bawah monopoli pemerintah Kolonial Spanyol. Para pendeta Filipina ingin gereja mengikuti kebijakan resmi Vatikan yang memerintahkan otoritas religius harus diserahkan kepada keuskupan pribumi di tempat yang penduduknya telah sukses dialihkan keyakinannya ke Kristen. Pada 20 Januari 1872, terjadilah Pemberontakan Cavite yang diikuti sekitar 200 tentara dan pekerja Filipna untuk menumpas para pesaingnya. Tiga pendeta pribumi, yaitu Jose Burgos, Jacinto Zamora, dan Mariano Gomez menjadi martir dengan dijatuhi hukuman mati.
Pada akhir abad ke- hingga abad ke-20, lahir kaum terpelajar di Filipina seperti Graciano Lopez Jaena, M. H. Del Pilar, dan Jose Rizal. Setelah Jose Rizal diasingkan ke Mindanao, dia mendirikan perkumpulan rahasia pada tahun 1892 yang disebut dengan Liga Filipina yang bertujuan merebut kemerdekaan melalui perjuangan senjata. Ia menulis buku yang terkenal dan menggemparkan pemerintah kolonial Spanyol di Filipina. Judul bukunya adalah Noli metangere, yang artinya “Jangan Menyinggung Saya”. Isi buku itu mengkritik pedas penguasa gereja dan pemerintah kolonial. Ia ditangkap dan diasingkan. Para pemimpin gerakan kemerdekaan menganggap bahwa dengan jalan damai sulit untuk memperoleh kemerdekaan. Untuk itu mereka melaksanakan jalan pemberontakan bersenjata.
Pada tahun 1893 Andres Banifacio mendirikan katipunan, yaitu gerakan nasionalis untu kelawan penjajah Spanyol. Pergerakan kebangsaan di Filipina meletus dalam bentuk pemberontakan katipunan terhadap kekuasaan Spanyol sejak tahun 1896 yang dipinpin oleh Jose Rizal, namun pemberontakan itu gagal. Andres Banifacio kemudian memimpin gerakan rahasia, yaitu Liga Filipina. Mengakibatkan Jose Rizal ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tanggal 30 Desember 1896. Kematian Jose Rizal menimbulkan kemarahan rakyat Filipina untuk mengusir Spanyol.
Sejak tahun 1896 pemberontakan rakyat Katipunan melawan penjajah Spanyol yang dilanjutkan oleh Emilio Aguinaldo yang terus berkobar. Pemerintah Spanyol tidak berhasil menindasnya. Pemberontakan ini menjadi semakin besar, akhirnya Spanyol mengadakan perjanjian Filipina, yaitu Perjanjian Biacna Bato (1897), dengan Aguinaldo, yang berisi: Spanyol berjanji akan mengadakan perbaikan pemerintahan dalam tiga tahun. Tetapi Aguinaldo dan kawan-kawan harus meninggalakn Filipina. Setelah ia meningalkan Filipina maka perjuangan melawan penjajah pun berhenti.
Pada saat perebutan daerah koloni di sekitar Laut Karibia antara Amerika dan Spanyol tahun 1898. Spanyol memusatkan perhatin terhadap perang itu.
Melihat keadaan ini Emilio Aguinaldo kembali ke Filipina. Emilio Aguinaldo kembali untuk memproklamasikan Filipina sebagai negara yang merdeka pada tanggal 12 Juni 1898 di Kawit, Cavite.

Bersama Amerika ia melawan Spanyol dengan menggempur tentara kolonial Spanyol. Satu persatu daerah Filipina jatuh ke tangan Amerika. Kemudian Amerika memperoleh kemenangan atas Spanyol dalam perang di Laut Karibia. Dalam perjanjian perdamaian Paris tanggal 10 Desember 1898 Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika, dengan menerima uang sebanyak $20.000.000,00.

 Di Bawah Penjajahan Amerika
Penguasaan Filipina oleh Amerika mendapat kecaman dari bangsa Eropa karena dianggap telah melanggar Doktrim Monroe, yang menyatakan bahwa Amerika adlah bangsa yang anti kolonialisme dan imperialisme. Amerika dianggap sebagai ancaman baru bagi bangsa Eropa di Asia. Namun, untuk meredakan ketegangan itu, Amerika menyatakan bahwa Filipina hanya akan dijadikan model negara dengan sistem kekuasaan liberal di wilayah Amerika.
Amerika tidak mengakui kemerdekaan Filipina yang telah diproklamasikan pada tanggal 12 juni 1898, bahkan sebaiknya, daerah itu dijadikan sebagai daerah jajahan Amerika sejak tahun 1898. Tetapi Emilio Aguinaldo, dan tetap memegang teguh kemerdekaan Filipina.
Pada tahun 1898 itu juga UUD terbentuk, dan Emilio Aguinaldo menjadi presiden. Perjuangan melawan Amerika dimulai. Dua tahun lamanya ia melawan Amerika, namun belum berhasil. Pada tahun 1901 Amerika dengan tipu muslihatnya berhasil menangkap Aguinaldo. Tetapi gerilyawan-gerilyawan lainya meneruskan perjuangan sampai tahun 1902.
Pada tahun 1919 delegasi Filipina di bawah Manuel Quezon pergi ke Amerika untuk menuntut kemerdekaan penuh atas Filipina. Amerika menjawab dengan mengirimkan The Wood Forbes Mission tahun 1922, yang isinya menyatakan bahwa Filipina belum mampu untuk merdeka. Bangsa Filipina menolak ucapan Wood Forbes. Senat Filipina meletakan jabatannya, dan menuntut kemerdekaan penuh.
Amerika melakukan pembinaan terhadap system kekuasaan yang akan diterapkan di Filipina melalui perjanjian damai dengan para tokoh nasionalis pada tahun 1907. Isinya, antara lain menjamin kemerdekaan Philipina untuk 50 tahun yang akan datang.
Pada tahun 1942, Amerika mengalami kekalahan di perang Pasifik yang mengakibatkan Filipina dikuasai oleh Jepang. Pada tanggal 2 Januari 1942 Manila, ibu kota Filipina, jatuh ke tangan Jepang. Jendral Deuglas Mac Arthur meninggalkan Filipina untuk menyusun pasukan sekutu di Australia. Pada tanggal 6 Mei 1942 seluruh Filipina jatuh ke tangan Jepang.
Sejak itu Jepang menggunakan bangsa Filipina sebagai teman di bawah Presiden Laurel untuk menghadapi sekutu. Tetapi dengan mendaratnya Sekutu di Filipina, dan kemudian kalahnya Jepang terhadap Sekutu maka mengharuskan Jepang meninggalkan Filipina pada tanggal 22 Oktober 1945.
Setelah Perang Dunia II selesai, Amerika Serikat menepati janjinya untuk memberi kemerdekaan kepadaan Filipina. Baru pada tanggal 4 Juli 1946 Amerika menepati janjinya memberi kemerdekaan Filipina dengan Manuel Quezon sebagai presiden yang pertama.
Tetapi di awal kemerdekaan tersebut, bangsa Filipina hanya diberikan kemerdekaan dalam bidang sosial politik saja sebagai wujud pengruh Amerika, sedangkan bidang ekonomi masih dikuasai oleh Amerika. Begitu juga dengan masalah militer, Amerika masih menempatkan pasukannya di Pangkalan Militer (Clark dan Subic) yang dianggap sebagai jaminan keamanan di lautan Pasifik setelah usainya perang dunia II.

Sumber:
Amitay Acharya, The Quest for Identity: International Relations of Southeast Asia, Singapura. 2000
Hall, DGE. A History of Shouth-East Asia, Third Edition. New York: ST Martin’s Press. 1970
Artikel Nationalism of Phippines,     di download dalam situs http://www.angelfire.com/ca/doodz/philippines3.html hari Senin, 23 Mei 2011 pada pukul 13.00
Philippiness Nationalism Depelopment, artikel dalam http://www.phil-ip-pines.com/philippines-nationalism.html di download pada pukul 13.00 tanggal 23 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar